Makna Berkurban Ditanah Sepucuk Jambi Sembilan Lurah

BacaHukum.com – Idul Adha tahun ini telah tiba. Gema takbir berkumandang dari dusun hingga kota. Di Tanah Sepucuk Jambi Sembilan Lurah, semangat berkurban tidak hanya hadir dalam bentuk hewan yang disembelih, tetapi juga dalam nilai-nilai luhur yang terus hidup di tengah masyarakat.

Di balik tradisi kurban, tersimpan pesan spiritual yang kuat. Seperti yang diteladankan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, kurban adalah simbol keikhlasan dan ketaatan kepada Allah. Di Provinsi Jambi, khususnya di kabupaten/kota se-Jambi, nilai ini tercermin dari gotong royong masyarakat dalam setiap pelaksanaan kurban—mulai dari penggalangan dana, pengadaan hewan, hingga pembagian daging secara merata kepada yang berhak.

Berkurban juga merupakan bentuk cinta sesama. Di kampung, dusun, desa, kelurahan, hingga pelosok Jambi, masih banyak keluarga yang jarang menikmati daging. Saat kurban tiba, daging yang dibagikan menjadi penghapus sekat antara yang mampu dan yang kurang mampu. Kurban menjadi jembatan sosial yang mempererat persaudaraan.

Lebih dari itu, berkurban adalah ajakan untuk menanggalkan ego dan kerakusan. Masyarakat Jambi, yang dikenal ramah dan bersahaja, diingatkan kembali bahwa esensi kehidupan adalah berbagi dan berbuat baik, bukan menumpuk kekayaan atau mengejar status.

Di tengah geliat pembangunan Jambi hari ini, mari jadikan semangat kurban sebagai penguat etos kerja, pengabdian, dan kepedulian. Pemimpin yang berkurban adalah ia yang mendahulukan rakyat. Pejabat yang berkurban adalah ia yang rela meninggalkan kenyamanan pribadi demi melayani masyarakat. Rakyat yang berkurban adalah mereka yang sabar, tangguh, dan bersyukur dalam keterbatasan.

“Peran Aktif Pemerintah Provinsi Jambi”

Pemerintah Provinsi Jambi mengambil peran strategis dalam pelaksanaan ibadah kurban tahun 2025 untuk memastikan kelancaran dan keamanan kegiatan. Dalam upaya pengawasan dan kesehatan hewan kurban, Pemprov Jambi membentuk tim pengawas di setiap kabupaten/kota guna mencegah penyebaran penyakit, khususnya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Sebanyak 17.400 dosis vaksin PMK telah didistribusikan sebagai langkah antisipatif. Pemeriksaan kesehatan hewan sebelum pemotongan (antemortem) juga dilakukan dua pekan sebelum Idul Adha.

Alhamdulillah, tahun ini Presiden RI H. Prabowo Subianto memberikan bantuan 12 ekor sapi kurban jenis Brahman Cross (BX) kepada masyarakat di 11 kabupaten/kota di Jambi. Sapi-sapi ini berasal dari peternak lokal, sekaligus mendukung sektor peternakan daerah.

Gubernur Jambi, Dr. H. Al Haris, turut menyumbangkan dua ekor sapi kurban yang disembelih di rumah dinasnya. Dagingnya didistribusikan kepada masyarakat sekitar dan komunitas yang membutuhkan. Beliau juga berperan menyalurkan bantuan 12 ekor sapi kurban dari Presiden kepada masyarakat di 11 kabupaten/kota, termasuk satu ekor untuk tingkat provinsi. Sapi-sapi tersebut memiliki bobot antara 800 kg hingga 1,035 ton dan berasal dari peternak lokal. Langkah ini mencerminkan komitmen Gubernur Jambi dalam mendukung ibadah kurban yang aman, sehat, dan sesuai syariat, sekaligus menggerakkan ekonomi peternak.

“Keterkaitan dengan RPJMD Provinsi Jambi 2025–2029”

Pelaksanaan kurban 2025 selaras dengan arah kebijakan RPJMD Provinsi Jambi, khususnya dalam aspek pembangunan sosial-keagamaan, ketahanan pangan, dan penguatan ekonomi lokal. Berikut penjelasannya:

  1. Peningkatan Ketahanan Pangan dan Peternakan Lokal
    Penggunaan hewan kurban dari peternak lokal serta vaksinasi dan pengawasan kesehatan hewan sejalan dengan program kemandirian pangan dan pengembangan ekonomi lokal dalam RPJMD. Kurban menjadi momen strategis untuk memperkuat mata rantai peternakan rakyat dan distribusi protein hewani yang merata.
  2. Penguatan Fungsi Sosial dan Keagamaan
    Keterlibatan Gubernur dan Pemprov Jambi dalam penyediaan dan distribusi hewan kurban, terutama kepada kelompok rentan, sejalan dengan peningkatan kualitas kehidupan beragama dan solidaritas sosial. Kurban dimaknai sebagai sarana redistribusi gizi, penguatan ukhuwah, dan pengurangan ketimpangan sosial—yang tercantum dalam pilar Indeks Pembangunan Manusia RPJMD.
  3. Sinergi Antar-Level Pemerintahan
    Penyaluran bantuan sapi dari Presiden melalui Gubernur mencerminkan penguatan tata pemerintahan yang sinergis dan kolaboratif, sesuai prinsip perencanaan daerah. Hal ini menunjukkan kemampuan pemerintah daerah menjembatani program nasional dengan kebutuhan lokal.
  4. Pemberdayaan ASN dan Partisipasi Masyarakat
    Kontribusi aparatur sipil negara dalam pengadaan hewan kurban mencerminkan penguatan nilai integritas, gotong royong, dan partisipasi aktif dalam pembangunan melalui pendekatan sosial-keagamaan.
  5. Dampak Jangka Panjang: Keseimbangan Ekonomi dan Spiritual
    Ibadah kurban tidak hanya dilihat sebagai ritual, tetapi juga sebagai ekonomi spiritual—kegiatan keagamaan yang menggerakkan ekonomi lokal, distribusi keadilan, dan pembangunan karakter.

“Makna Mendalam Ibadah Kurban”

Selain sebagai bentuk ketaatan dan kepedulian sosial, kurban memiliki makna spiritual, psikologis, dan sosiologis. Kurban bukan sekadar penyembelihan hewan, melainkan juga penyembelihan sifat buruk dalam diri: ego, kesombongan, ketamakan, dan kecintaan berlebihan pada dunia. Bagi masyarakat Jambi yang beradat dan religius, kurban menjadi momen untuk menata niat dan memperkuat kesadaran hidup dengan hati yang bersih.

Kurban mengajarkan bahwa tiada keberhasilan tanpa pengorbanan. Petani sukses berkorban tenaga dan waktu di sawah. Pemimpin sejati berkorban kenyamanan pribadi demi rakyat. Di Jambi, semangat ini hidup dalam budaya gotong royong, merawat ladang, memperbaiki jalan desa, dan membangun surau.

Kurban juga mengajarkan bahwa dalam setiap rezeki ada hak orang lain yang harus disalurkan. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jambi, semangat kurban mengingatkan kita agar tak lupa berbagi dengan saudara yang kurang beruntung—baik di kota maupun desa terpencil.

Melalui pembagian daging kurban, kita merasakan kebahagiaan bersama. Orang kaya dan miskin menikmati daging pada hari yang sama. Inilah keadilan sosial yang nyata, fondasi penting untuk membangun Jambi yang inklusif dan harmonis.

Idul Adha bukan sekadar ritual. Ia adalah ajakan untuk menyucikan niat, memperkuat persatuan, dan memperluas manfaat bagi Jambi yang kita cintai. Semoga semangat berkurban terus tumbuh dan menjadi motivasi menuju masa depan yang lebih adil dan sejahtera.

Penulis: Fahmi Rasid (Sekretaris PUSDIKLAT LAM Provinsi Jambi/Dr. Manajemen Sumber Daya Manusia)

Editor: Prisal Herpani, S.H.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top